Sabtu, 19 Maret 2011

Proses Control Block

Gambar Proses Control Block

Penjelasan mengenai process control block :

Setiap proses digambarkan dalam sistem operasi oleh sebuah proses control block PCB). PCB berisikan banyak informasi yang berhubungan dengan sebuah proses yang spesifik, yaitu :
1. Status proses : Status mungkin dimiliki oleh setiap proses new, 
    ready,running, waiting, terminated.
 a.    NEW
       Status yang dimiliki pada saat proses baru saja dibuat oleh penjadwalan 
       tingkat tinggi,   
       tetapi belum siap melakukan eksekusi.
 b.  READY
      Status yang dimiliki pada saat proses siap dieksekusi oleh processor.
 c.  RUNNING
      Status yang dimiliki pada saat instruksi-instruksi dari sebuah proses 

      dieksekusi. Proses  bisa dieksekusi karena CPU tidak sedang 
      mengerjakan tugas yang lain.
 d.  WAITING
      Status yang dimiliki pada saat proses menunggu suatu event, seperti     

      penyelesaian I/O atau menerima signal.
 e.  TERMINATED
      Status yang dimiliki pada saat proses telah selesai dieksekusi. 

2.   Program counter adalah menunjukkan alamat berikutnya yang akan 
      dieksekusi oleh proses tersebut.

3.   CPU registers : Register bervariasi dalam setiap jumlah dan jenis, 
      tergantung pada rancangan komputer. Register tersebut termasuk 
      dalam accumulator, register indeks, stack pointer, general-purpose 
      register, ditambah kode informasi pada kondisi apa pun. Beserta 
      dengan program counter, keadaan / status  informasi harus 
      disimpan pada saat gangguan terjadi, untuk memungkinkan 
      proses tersebut berjalan / bekerja dengan benar setelahnya.
        4.   Informasi manajemen memori : informasi ini termasuk dalam suatu 
       informasi  sebagai  nilai dari dasar dan batas register, tabel 
       halaman atau tabel segmen tergantung pada sistem memori yang 
       digunakan dalam sistem operasi.

 5.   Informasi pencatatan: Informasi ini termasuk jumlah dari CPU dan waktu
      riil yang digunakan, batas waktu, jumlah akun jumlah job atau proses, 
      dan banyak lagi.
 
        6.  Informasi status I/O: Informasi termasuk daftar dari perangkat I/O yang di 
     gunakan pada proses ini, suatu daftar berkas-berkas yang sedang 
     diakses dan banyak lagi. 
 
            PCB hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan informasi yang 
            dapat  bervariasi dari proses yang satu dengan yang lain.

PENJADWALAN PADA KONSEP SISTEM OPERASI

Penjadwalan berkaitan dengan permasalahan CPU untuk memutuskan proses mana yang akan dieksekusi dalam suatu sistem. Proses yang belum mendapat jatah alokasi dari CPU akan mengantri di ready queue. Algoritma penjadwalan berfungsi untuk menentukan proses manakah yang ada di ready queue yang akan dieksekusi oleh CPU.

Beberapa Algoritma penjadwalam adalah sebagai berikut :

1.    1.  First in first out
    Algoritma ini merupakan algoritma penjadwalan yang paling sederhana 
    yang  digunakan CPU. Dengan menggunakan algoritma ini setiap proses 
    yang berada pada status ready dimasukkan kedalam FIFO queue atau 
    antrian dengan prinsip first in first out, sesuai dengan waktu 
    kedatangannya. Proses yang tiba terlebih dahulu yang akan dieksekusi.
  
  Contoh:
  Ada tiga buah proses yang datang secara bersamaan yaitu pada 0 
  ms,  P1 memiliki burst time 24 ms, P2 memiliki burst time 3 ms, 
  dan P3 memiliki burst time 3 ms. Hitunglah waiting time rata-rata 
  dan turnaround time( burst time +  waiting time) dari ketiga 
  proses tersebut dengan menggunakan algoritma  FCFS. 
  Waiting time untuk P1 adalah 0 ms (P1 tidak perlu menunggu), 
  sedangkan untuk  P2  adalah sebesar 24 ms (menunggu P1 
  selesai), dan untuk P3 sebesar 27 ms 
  (menunggu P1 dan P2 selesai).

Gambar gantt chart kedatangan proses

Urutan kedatangan adalah P1, P2 , P3; gantt chart untuk 
            urutan ini adalah:

Waiting time rata-ratanya adalah sebesar(0+24+27)/3 = 17ms. Turnaround time untuk P1 sebesar 24 ms, sedangkan untuk P2 sebesar 27 ms (dihitung dari awal kedatangan P2 hingga selesai dieksekusi), untuk P3 sebesar 30 ms. Turnaround time rata-rata untuk ketiga proses tersebut adalah (24+27+30)/3 = 27 ms.

Kelemahan dari algoritma ini:

1. Waiting time rata-ratanya cukup lama.
2. Terjadinya convoy effect, yaitu proses-proses menunggu
    lama untuk menunggu 1 proses besar yang sedang 
    dieksekusi oleh CPU. Algoritma ini juga menerapkan
    konsep non-preemptive, yaitu setiap proses yang 
    sedang dieksekusi oleh CPU tidak dapat di-interrupt 
    oleh proses yang lain.

Misalkan proses dibalik sehingga urutan kedatangan adalah P3, P2, P1. Waiting time adalah P1=6; P2=3; P3=0. Average waiting time: (6+3+0)/3=3.
 
Gambar gantt chart kedatangan proses urutan kedatangan dibalik

2.  Priority Function
    Priority Function merupakan algoritma penjadwalan yang 
    mendahulukan proses yang memiliki prioritas tertinggi. 
    Setiap proses memiliki prioritasnya masing-masing.

Prioritas suatu proses dapat ditentukan melalui beberapa 
      karakteristik antara lain:
1. Time limit.
2. Memory requirement.
3. Akses file.
4. Perbandingan antara burst M/K dengan CPU burst.
5. Tingkat kepentingan proses.

     Priority function juga dapat dijalankan secara preemptive maupun 
      non-preemptive. Pada preemptive, jika ada suatu proses yang baru 
      datang memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada proses yang  
      sedang  dijalankan, maka proses yang sedang berjalan tersebut 
      dihentikan, lalu CPU dialihkan untuk proses yang baru datang 
      tersebut. 

         Sementara itu, pada non-preemptive, proses yang baru datang 
       tidak dapat menganggu proses yang sedang berjalan, tetapi 
       hanya diletakkan di depan queue.

Kelemahan pada priority function adalah dapat terjadinya indefinite blocking( starvation). Suatu proses dengan prioritas yang rendah memiliki kemungkinan untuk tidak dieksekusi jika terdapat proses lain yang memiliki prioritas lebih tinggi darinya.

Solusi dari permasalahan ini adalah aging, yaitu meningkatkan prioritas dari setiap proses yang menunggu dalam queue secara bertahap.

Contoh: 
Setiap 10 menit, prioritas dari masing-masing proses yang menunggu dalam queue dinaikkan satu tingkat. Maka, suatu proses yang memiliki prioritas 127, setidaknya dalam 21 jam 20 menit, proses tersebut akan memiliki prioritas 0, yaitu prioritas yang tertinggi (semakin kecil angka menunjukkan bahwa prioritasnya semakin tinggi).


3.   Round Robin
   Algoritma ini menggilir proses yang ada di antrian. Proses akan 
   mendapat jatah sebesar time quantum. Jika time quantum-nya 
   habis atau proses sudah selesai, CPU akan dialokasikan ke 
   proses berikutnya. Tentu proses ini cukup adil karena tak ada 
   proses yang diprioritaskan, semua proses mendapat jatah 
   waktu yang sama dari CPU yaitu (1/n), dan tak akan 
   menunggu lebih lama dari (n-1)q dengan q adalah 
   lama 1 quantum.

   Algoritma ini sepenuhnya bergantung besarnya time quantum. 
   Jika  terlalu besar, algoritma ini akan sama saja dengan 
   algoritma first come first served. Jika terlalu kecil, akan 
   semakin banyak peralihan proses sehingga banyak 
   waktu terbuang. 

   Permasalahan utama pada Round Robin adalah menentukan 
   besarnya time quantum. Jika time quantum yang ditentukan 
   terlalu kecil,  maka  sebagian besar proses tidak akan 
   selesai dalam 1 quantum. Hal ini  tidak baik karena akan
   terjadi banyak switch, padahal CPU memerlukan waktu 
   untuk beralih dari suatu proses ke proses lain 
   (disebut dengan context switches time).

   Sebaliknya, jika time quantum terlalu besar, algoritma Round 
   Robin  akan berjalan seperti algoritma first come first served. 
   Time quantum yang ideal adalah jika 80% dari total proses 
   memiliki CPU burst     time yang lebih kecil dari 
   1 time quantum.

Gambar Urutan kejadian algoritma Round Robin

4.     Multilevel Feedback
Algoritma ini mirip sekali dengan algoritma multilevel queue. Perbedaannya ialah algoritma ini mengizinkan proses untuk pindah antrian. Jika suatu proses menyita CPU terlalu lama, maka proses itu akan dipindahkan ke antrian yang lebih rendah. 

Hal ini menguntungkan proses interaksi karena proses ini hanya memakai waktu CPU yang sedikit. Demikian pula dengan proses yang menunggu terlalu lama. Proses ini akan dinaikkan tingkatannya. Biasanya prioritas tertinggi diberikan kepada proses dengan CPU burst terkecil, dengan begitu CPU akan terutilisasi penuh dan M/K dapat terus sibuk. Semakin rendah tingkatannya, panjang CPU burst proses juga semakin besar.

Gambar Multilevel Feedback Queue

5.     Last In First Out
Pada algoritma ini setiap proses yang ada di ready queue akan dieksekusi berdasarkan burst time terkecil. 

Hal ini mengakibatkan waiting time yang pendek untuk setiap proses dan karena hal tersebut maka waiting time rata-ratanya juga menjadi pendek, sehingga dapat dikatakan bahwa algoritma ini adalah algoritma yang optimal.
Proses yang tiba belakangan yang akan dieksekusi terlebih dahulu.